“Dalam
acara tahlilan ada silaturahim (ini jelas anjuran Rasulallah), ada dzikir
(tahlil dan tahmid), ada pembacaan ayat-ayat Alqur’an dan Do’a (memohon kepada
Allah SWT supaya Almarhum/mah diterima iman islamnya dan di ampuni segala
dosanya). Semua ini justru akan menjadi amal ibadah kalau kita niatkan untuk
mencari ridlo Allah SWT, perbuatan apapun tergantung niat kita…”
Tahlih adalah mengucapkan kalimat “Laa ilaha
ilallah”, inilah dzikir yang paling utama diantara kalimat-kalimat dzikir yang
lainya setelah Alqur’an. Namun yang ingin saya sampaikan disini adalah “Tahlilan” yang selalu di adakan setiap
ada orang yang meninggal.
Mungkin sudah menjadi tradisi, khususnya di kampung saya dan umumnya di
Indonesia. Setiap ada anggota keluarga yang meninggal pasti akan di adakan
acara tahlilan selama tujuh hari berturut-turut dan bahkan sampai empat puluh
hari. Selanjutnya di adakan setiap tahun (haul). Saya sendiri tidak tahu persis
kapan mulainya tradisi tahlilan di
Indonesia.
Dari
waktu ke waktu tahlilan selalu
menjadi bahan perdebatan antara kaum muslim sendiri, dari generasi ke generasi
seakan tidak pernah ada habisnya. Masing-masing mempunyai argumen yang
kuat. Bahkan tak jarang mengakibatkan
ukhuwah jadi terganggu. Masalah khilafiyah seharusnya bisa di selesaikan dengan
kepala dingin dan tidak sampai mengakibatkan terpecah- belahnya persatuan
sesama umat.
Acara tahlilan seperti ini memang tidak pernah
terjadi pada jaman Rasulallah, orang menganggap ini adalah Bid’ah (sesuatu yang
belum pernah ada pada jaman Rasulallah). Memang betul, seperti juga halnya
acara takbiran di mesjid-mesjid sambil memukul beduk setiap malam menjelang
hari raya iedul fitri atau peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kalau kita
mencari Hadist yang menganjurkan untuk tahlilan
sampai lebaran monyet pun ya tidak akan pernah ketemu.
Dalam
acara tahlilan ada silaturahim (ini
jelas anjuran Rasulallah), ada dzikir (tahlil dan tahmid), ada pembacaan
ayat-ayat Alqur’an dan Do’a (memohon kepada Allah SWT supaya Almarhum/mah
diterima iman islamnya dan di ampuni segala dosanya). Semua ini justru akan
menjadi amal ibadah kalau kita niatkan untuk mencari ridlo Allah SWT, perbuatan
apapun tergantung niat kita… Tidak ada acara makan-makan (khusunya di
lingkungan tempat tinggal saya). Walaupun saya dengar di tempat lain masih ada
acara tahlilan di sertai acara
makan-makan bahkan hampir seperti mau pesta hajatan (ini juga sebenarnya adalah
haq dari orang yang mengadakan acara tahlilan).
Acara semi pesta inilah yang seharusnya di tiadakan, bukan tahlilanya…
Bid’ah
dalam masalah syariat jelas tidak boleh, contohnya menambahkan solat subuh
menjadi tiga rakaat… ini jelas haram. Sedangkan tahlilan bukanlah / tidak termasuk dalam syariat islam, tahlilan
tidak dikenai hukum wajib ataupun sunah, tetapi di dalamnya terkandung unsur
ibadah, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan.
Wallahu alam…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar